Teori Aguste Comte Buku Kecil

Danang Eko Budiarto
Linda Alif Nur Chasanah
Yoyok Subroto



Teori Sosial Klasik
AUGUSTE COMTE

Penerbit : Laboratorium Pendidikan IPS
Malang, 1 Desember 2014

TEORI SOSIAL KLASIK
AUGUSTE COMTE
Desain cover   : Raga Canigia
Pembimbing    : Dr. I Nyoman Ruja, S.U
Penyusun         :
Danang Eko Budiarto  130741615777
Linda Alif Nur C        130741607071
Yoyok Subroto            130741607099



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
LABORATORIUM PENDIDIKAN IPS
Desember 2014



Kata Pengantar
Buku Teori Sosial adalah sebagai bahan bacaan atau literatur mata kuliah Teori Sosial di Jurusan pendidikan IPS ataupun Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri Malang.  Dengan adanya buku ini merupakan salah satu jalan dalam mempermudah mahasiswa untuk mendapatkan literatur Teori Sosial
Sebagai sebuah mata kuliah wajib jurusan, maka dengan adanya buku ini agar mahasiswa mampu menyerap secara baik isi yang dipaparkan dalam buku ini. Dan materi yang menjadi kajian dalam buku ini dibagi dalam empat bab pokok bahasan.
Bab pertama membahas tentang Biografi dari Auguste Comte. Dia dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu sosial. Beliau adalah filsuf dan ilmuwan sosial terkemuka yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu kemasyarakatan atau sosiologi. Oleh karena itu pada bab pertama ini akan memaparkan siapa sosok Auguste Comte.
Bab kedua membahas tentang Teori Sosial Klasik. Pada bab ini akan dijelaskan tentang asal-usul mengapa Auguste Comte membuat teori ini sdan metode hidupnya yang akan menjadi dasar teori social selanjutnya.
Bab ketiga membahas tentang Dinamikal Akal budi serta Masyarakat Positivis Adalah masyarakat Industri. Bab keempat ini merupakan kesimpulan yang berisi kritik-kritik atas pemikran Auguste Comte ataupun pro-kontra dari prmikiran Auguste Comte.
Akhirnya penulis berharap  agar apa yang telah dipaparkan dalam buku ini dapat dipahami oleh semua pembaca. Untuk itu kritik dan saran dari mana dan dari siapapun juga datangnya dalam usaha penyempurnaan buku ini,  penulis sambut dengan senang hati dan ucapan terima kasih.
Malang, November 2014
Tim Penyusun

DAFTAR ISI
Cover………………………….…………………..….
Kata pengantar………………………………….…….
Daftar isi…………………………..………………….
BAB I Biografi……………………………………….
Biografi Auguste Comte……………………………..
BAB IITeori Auguste Comte…………………….....
Sosial Dinamis………………………........................
Sosial Statis ………………………………………….
Pemikiran Auguste Comte …………………………..
BAB IIIPenutup …………………………………….
BAB IV Kesimpulan ………………………………..
Kritik terhadap pemikiran Auguste Comte………......
Daftar pustaka kesimpulan ……………………….....



BAB I
Biografi Auguste Comte (1798-1857)






August Comte atau juga Isidore Marie Auguste François Xavier Comte lahir di Montpellier, Perancis, 17 Januari 1798 adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai "bapak sosiologi". Dia dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu sosial. Beliau adalah filsuf dan ilmuwan sosial terkemuka yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu kemasyarakatan atau sosiologi. Comte lahir di kota Montpellier di Perancis selatan dari keluarga kelas menengah konservatif. Comte menerima pendidikan ilmiah yang baik di Ecole Polythecnique di Paris, sebuah pusat pendidikan berhaluan liberal.
Dalam pemikirannya mengenai diskursus keagamaan, ia melihat sebuah perbedaan yang mencolok antara agama Katolik yang ia anut dengan pemikiran keluarga monarki yang berkuasa sehingga ia terpaksa meninggalkan Paris. Hal-hal yang sebenarnya menarik perhatiannya bukanlah yang berbau matematika tetapi masalah-masalah sosial dan kemanusiaan. Berangkat dari hal inilah yang kemudian pada bulan Agustus 1817  Comte bersedia menjadi murid sekaligus sekertaris dari Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon, yang kemudian membawa Comte masuk ke dalam lingkungan intelek. Pada tahun 1824, Comte meninggalkan Saint-Simon karena lagi-lagi ia merasa ada ketidakcocokan dalam hubungannya.
Rencananya ini kemudian dipublikasikan dengan nama Plan de travaux scientifiques nécessaires pour réorganiser la société (1822) (Indonesia: Rencana studi ilmiah untuk pengaturan kembali masyarakat). Tetapi ia gagal mendapatkan posisi akademis sehingga menghambat penelitiannya. Kehidupan dan penelitiannya kemudian mulai bergantung pada sponsor dan bantuan finansial dari beberapa temannya.
Kehidupan terus bergulir Comte mulai melalui kehidupannya dengan menjadi dosen penguji, pembimbing dan mengajar mahasiswa secara privat. Walaupun begitu, penghasilannya tetap tidak mecukupi kebutuhannya dan mengenai karya awal yang dikerjakannya mandek. Mengalami fluktuasi dalam penyelesainnya dikarenakan intensitas Comte dalam pengerjaannya berkurang drastis.
Comte dalam kegelisahannya yang baru mencapai titik rawan makin merasa tertekan dan hal tersebut menjadikan psikologisnya terganggu, dengan sifat dasarnya adalah , seorang pemberontak akibatnya Comte mengalami gejala paranoid yang hebat. Keadaan itu menambah mengembangnya sikap pemberang yang telah ada, tidak jarang pula perdebatan yang dimulai Comte mengenai apapun diakhiri dengan perkelahian.
Kegilaan atau kerajingan yang diderita Comte membuat Comte menjadi nekat dan sempat menceburkan dirinya ke sungai. Datanglah penyelamat kehidupan Comte yang bernama Caroline Massin, seorang pekerja seks yang sempat dinikahi oleh Comte ditahun 1825. Caroline dengan tanpa pamrih merawat Comte seperti bayi, bukan hanya terbebani secara material saja  tetapi juga beban emosional dalam merawat Comte karena tidak ada perubahan perlakuan dari Comte untuk Caroline dan hal tersebut mengakibatkan Caroline memutuskan pergi meninggalkan Comte. Comte kembali dalam kegilaannya lagi dan sengsara.
Comte menganggap pernikahannya dengan Caroline merupakan kesalahan terbesar, berlanjutnya kehidupan Comte yang mulai memiliki kestabilan emosi ditahun 1830 tulisannya mengenai “Filsafat Positiv” (Cours de Philosophie Positiv) terbit sebagai jilid pertama, terbitan jilid yang lainnya bertebaran hingga tahun 1842.
Lalu Comte bertemu dengan Clotilde de Vaux, Comte sangat mencintainya, namun Clotilde hanya menganggap hubungan itu biasa saja. Tak lama Clotilde wafat karena terserang TBC. Setelah Clotilde wafat, kehidupan Comte kembali terguncang, dia bersumpah untuk membaktikan hidupnya untukmengenang Clotilde. Tak lama setelahnya, Comte, yang merasa dirinya adalah seorang penemu sekaligus seorang nabi dari “agama kemanusiaan” (religion of humanity), menerbitkan bukunya yang berjudul System of Positive Politics (1851 - 1854).
Dalam buku System of  Positive Politics, sifat tulisan Comte umumnya berubah secara menyolok setelah menjalin kasih dengan Clotilde, buku ini menjadi sebuah bentuk perayaan atas cinta. Karena dimaksudkan untuk mengenang Clotilde, buku ini didasarkan pada gagasan bahwa kekuatan yang sebenarnya mendorong orang dalam kehidupannya adalah perasaan, bukan pertumbuhan intelegensia. Agama humanis Comte merupakan satu gagasan utopis untuk mereorganisasi masyarakat secara sempurna.sosiologi akan menjadi ratu ilmu pengetahuan, hal itu memungkinkan satu penjelasan tentang kemajuan pengetahuan manusia secara komperhensif dan mengenai hukum – hukum keteraturan dan kemajuan sosial. Hal itu mendorong suatu sistem moral yang merangkul semuanya, yang akan mempersatukan semua orang dalam penyembahan terhadap humanis dan menjamin keteraturan sosial yang perlu untuk kemajuan selanjutnya.
Comte bersama ahli-ahli bidang lainnya yang sepakat dengan pemikirannya menjadi perangkat institusi keagamaan yang dibuatnya dan mulai mensosialisasikan kepada kalangan elit-elit politik, Comte mengarang buku kembali dan diberikan judul Positivist Catechism dan Appeal to Conservatives. Comte dengan konsistensinya mensosialisasikan agama humanitas-nya dan hukum tiga tahap yang memaparkan perkembangan kebudayaan manusia hingga akhir hayatnya, Comte meninggal di Paris pada tanggal 5 September 1857.

BAB II
Teori-teori Auguste Comte
Auguste Comte dibesarkan dalam tahun-tahun setelh revolusi Perancis dan jelas-jelas dipengaruhi oleh radikalisme dan keresahan masa itu. Sumber lain yang menjadi latar belakang pemikiran Comte adalah filsafat sosial yang berkembang di Prancis pada abad ke-18, yaitu paham ensiklopedis meskipun dia kelak keluar dari aliran ini. Latar belakang lainnya adalah aliran reaksioner dari para ahli theokratik terutama yang bernama De Maistre dan De Bonald. Serta latar belakang pemikiran Comte yang terakhir adalah aliran sosialistik yang terutama diprakarsai Saint Simon, Comte disatu pihak akan membangun ilmu pengetahuan sosial, dan dipihak lain akan membangun kehidupan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat secientific. akibat dari latar belakang di atas Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian yaitu social statis dan social dinamis. Sosial statis di sini adalah sebagai suatu tentang hukum-hukum aksi dan reaksi antara bagian-bagian dari suatu sistem social, pada dasarnya sosial statis merupakan hasil suatu pertumbuhan.
Auguste Comte yang pertama-tama memakai istilah “sosiologi” adalah orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologis dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dia menyusun suatu sistematika dari filsafat sejarah dalam kerangka tahap-tahap pemikiran yang berbeda-beda.
Comte berpendapat yang terpenting dari sosiologi adalah sosial dinamis yaitu teori yang menyatakan perkembangan dan kemajuan masyarakat manusia yang menghilangkan studi tentang sejarah filsafat yang spekulatif. Namun pembagian tersebut bukan berarti memisahkan satu dengan yang lainnya dimana sosial statis menghasilkan pendekatan yang elementer, akan tetapi itu semua tidak akan terjadi tanpa memahami itu sebagai hasil suatu perkembangan.


Sosial dinamis
1.      The Law of Three stages
Comte berpendapat bahwa di dalam masyarakat terjadi perkembangan yang terus-menerus, namun perkembangan umum dari masyarakat tidak terus-menerus berjalan lurus. Ada banyak hal yang mengganggu perkambangan suatu masyarakat seperti faktor ras, iklim, dan tindakan politik. Comte berpendapat jawaban tentang perkembangan sosial harus dicari dari karakteristik yang membedakan manusia dan binatang yaitu perkembangan inteligensinya. Comte mengajukan tentang tiga tingkatan inteligensi manusia, yakni teori evolusi atau yang biasa disebut hukum tiga tahap yaitu:
a.       Tahap teologis
Ini merupakan tahap yang paling di terkenal, pada tahap ini tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda didunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari sebab serta akibat dari gejala-gejala. Tahap ini pun dibagi menjadi tiga periode. Periode fetisisme bentuk pemikiran masyarakat primitif kepercayaan atas roh-roh atau bangsa halus yang turut hidup bersama kita. Ini terlihat pada zaman purba dimana diadakan upacara penyembahan roh halus untuk meminta bantuan maupun perlindungan.
Periode politeisme, periode ini masyarakat telah percaya akan bentuk para penguasa bumi yakni para dewa-dewa yang terus mengontrol semua gejala alam. Periode monoteisme, semakin majunya pemikiran manusia, pada periode terakhir ini muncul kepercayaan akan satu yang tinggi pada abad pertengahan. Kepercayaan akan Tuhan yang berkuasa penuh atas jagad raya, mengatur segala gejala alam dan takdir makhluk.

b.      Tahap metafisis
Pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala didunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia. Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut.
c.       Tahap positif
Merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berfikir secara ilmiah. Ditahap ini gejala alam dijalaskan secara empiris namun tidak mutlak. Tapi pengetahuan dapat berubah dan mengalami perbaikan seiring intelektual manusia sehingga dapat diterapkan dan dimanfaatkan. Akal budi penting tapi harus bedasarkan data empiris agar memperoleh hukum-hukum baru.
Tahap ini menjadikan ilmu pengetahuan berkembang dan segala sesuatu menjadi lebih rasional, sehingga tercipta dunia yang lebih baik karena orang cenderung berhenti melakukan pencarian sebab mutlak (tuhan atau alam) dan lebih berkonsentrasi pada penelitian terhadap dunia sosial dan fisik dalam upayanya menemukan hukum yang mengaturnya (Teori Sosiologi, George Ritzer & Douglas J. Goodman Halaman 17).
2.      The Law of the hierarchie of the sciences
Hukum kedua dari sosial dinamis adalah hierarki dari ilmu pengetahuan dimana dalam pemikiran ini tidak selalu bersifat positive, seringkali masih ada pemikiran teologis.
3.      The Law of the correlation of pratical activities
Comte mengemukakan ada hubungan yang bersifat natural antara cara berfikir teologis dan militerisme. Menurut pemikirannnya teologis mendorong timbulnay usaha untuk menjawab semua persoalan melalui kekuatan.
4.      The Law of the correlation of the feeling
Dalam hukum ini masyarakat hanya dipersatukan oleh feeling (perasaan), korelasinya antara perkembangan pemikiran manusia dengan perkembangan daripada perkembangan sosial sentiment. Dalam tahapan ini hanya terabatas dalam suatu masyarakat local atau suatu city state. Sosial sentiment berkembang secara meluas seiring dengan perkembangan agama Kristen.
Sosial Statis
Dalam hal ini, Comte bermaksud mengenai teori tertib dasar masyarakat. Sebagaimana disebut diatas membagi Sosiologi kedalam dua bagian yang memiliki kedudukan yang tidak sama, sekalipun sosial statis merupakan bagian yang lebih elementer dalam sosiologi. Tetapi kedudukannya tidak begitu penting disbanding dengan sosial dinamis. Fungsi sosial statis untuk mencari hukum-hukum dari bagian didalam suatu sistem sosial.
1.      The doctrine of the individual
Comte menganggap teori tentnag sikap=sikap dasar manusia sangat penting di dalam sosiologi. Dia menganggap bahwa individu adalah cerminan dari suatu masyarakat. Jadi jika kita menghilangkna dari sesuatu individu sama saja kita menghilangkannya dari masyarakat. Comte mengakui adanya sesuatu yang disebut insting yang dibagi menjadi dua yaitu egoistic insting dan altruistic insting.
2.      The doctrine of the family
Keluarga adalah unit masyarakat yang sebenarnya, keluarga terbentuk melalui insting dan daya tarik alamiah natural affection.
3.      The doctrine of the society
Keluarga menurut Comte bukanlah masyarakat namun masyarakat merupakan kesatuan yang lebih luas yang terdiri dari sejumlah esakeluarga
4.      The doctrine of the state
Comte menganggap bahwa negara dan masyarakat itu merupakan dua hal yang berbeda. Menurutnya negara adalah bentuk khusus dari asosiasi atau organisasai sosial. (Siahaan: 1986).
Dari semua pembahasan tadi dapat di tarik bahwa sosiologi bersumber dari filsafat positif terutama perkembangan pengetahuan manusia sehubungan dengan perkembangan pemikirannya. Sebagai usahanya, Comte mengembangkan fisika sosial atau juga disebutnya sebagai sosiologi. Comte berupaya agar sosiologi meniru model ilmu alam agar motivasi manusia benar-benar dapat dipelajari sebagaimana layaknya fisika atau kimia. Ilmu baru ini akhirnya menjadi ilmu dominan yang mempelajari statika sosial (struktur sosial) dan dinamika sosial (perubahan sosial).
Pemikiran Auguste Comte mengenai agama humanitas
Seiring dengan observasi yang dilakukan oleh Comte dalam mencari jalan tengah dia selalu bersentuhan dengan perang terus menerus dan individualitas pada zaman revolusi Perancis, hal itu semakin menentukan arah pemikiran Comte. Pendobrakan dilakukan Comte terhadap realitas sosial yang terus mencoba menghegemoni umat manusia pada zamannya melalui institusi gereja, hal yang kudus dan ketabuan yang dibuat oleh manusia (khususnya, pastur/pendeta/pemuka agama) mendapatkan kritik keras karena menjajakan doktrin, dogma dan  melakukan pembodohan yang berakibat, yang kaya tetap kaya lalu yang miskin akan tetap miskin.
Melalui ilmu pengetahuan yang telah ditebarkannya, Comte mencoba mensinkronasikan altruism unsure kebuadayaan teologis, dimana consensus social dan disiplin merupakan landasannya atas aktivitas sehari-hari umat manusia. Comte mulai merilis suatu pola dan bentuk penyebaran dari satu sosial orde yang sangat mempengaruhi umat manusia dan kemudian menciptakan agama baru yang sesuai dengan idealismenya yaitu berbentuk agama yang dapat dikatakan sekuler dan lengkap bersama ritus, hari rayanya, pemuka agama serta lambangnya, yang kemudian dinamakan agama humanitas. dimaksudkan untuk memberikan cinta yang lebih terhadap manusia-manusia yang menghasilkan karya dalam sejarah perkembangan manusia.
Comte dikatakan telah kehilangan konsistensinya terhadap ilmu pengetahuan oleh para intelektual lainnya, karena sudah terbungkus oleh perasaannya terhadap Clotilde de Vaux yang mendapat penolakan darinya. Namun permasalahan pemujaan Comte, terhadap perempuan bukan karena hal itu melainkan di adopsi dari rentang sejarah cerita bunda Maria. Comte dapat juga dikatakan mengadakan sublimasi terhadap obsesinya, yaitu kebebasan berpikirnya atas idealismenya agar dapat menyiasati secara strategis. Menciptakan masyarakat positivis di masa depan, dalam kontekstual hubungan seks antara pria dan perempuan tidak perlu ada lagi dan “kelahiran manusia-manusia baru akan keluar dengan sendirinya dari kaum perempuan”. Comte bersama ahli-ahli bidang lainnya sepakat dengan pemikirannya menjadi perangkat institusi keagamaan yang dibuatnya dan mulai mensosialisasikan agama humanitas-nya kepada kalangan elit-elit politik, Comte mengarang buku kembali dan diberikan judul Positivist Catechism dan Appeal to Conservatives.



BAB III
Penutup
Dinamika Proses Evolusi Akal-Budi
Tidak semua perkembangan pikiran berlangsung cepat dan lancar. Proses perkembangan akal-budi ada yang berlangsung cepat ada pula yang lambat. Perkembangan berlangsung cepat apabila dibidang itu cenderung lebih sederhana dan bersifat universal. Berbeda halnya dengan bidang ilmu pengetahuan lain yang rumit dan bersifat fenomin Pengetahuan ini membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa diakui di masyarakat. Dalam buku realitas sosial dijelaskan bahwa inti ajaran Comte yaitu sejarah pokoknya adalah proses perkembangan bertahap dari cara manusia berfikir dan proses ini bersifat mutlak, universal, dan tak terelakkan. Namun demikian semakin manusia menyadari bahwa hukum evolusi bersifat pasti, dan mendukungnya , semakin cepat masyarakat baru akan terwujud.

Masyarakat Positivis adalah Masyarakat Industri
Zaman berburu dan meramu, maupun sistem produksi tradisional berganti menjadi zaman modern dengan ditemukannya mesin-mesin yang mempermudahkan pekerjaan manusia. Dari positivisme lahirlah masyarakat industri karena pengetahuan semakin berkembang. Berubahnya masyarakat menjadi masyarakat industri mempengaruhi antagonisme kelas dan kemiskinan kaum buruh karena sistem ekonomi yang berkembang yaitu sistem ekonomi liberal.
Comte membenarkan hal milik perseorangan atas sarana-sarana produksi, juga hak untuk mengumpulkan kekayaan besar. Menurut dia, antagonisme kelas dan kemiskinan kaum buruh hanyalah efek samping dari sistem ekonomi liberal. Namun, bukan berarti Comte menyetujui persaingan liar yang tak terkendali, dan kebebasan mutlak di bidang ekonomi. Karl Marx tidak setuju dengan sistem ekonomi liberal. Menurut dia, terjadinya antagonisme kelas dan kemiskinan merupakan hal yang kronis dan harus segera diperbaiki.
Pemikiran-pemikiran yang diperkenalkan Comte berpengaruh pada kehidupan intelektual, menurut Comte setiap ilmu memberikan sumbangan bagi filsafat positif.
1.      Ilmu-ilmu diatur sesuai dengan urutannya dalam memberikan sumbangan bagi positivism Matematika (arithmatika, geometri, mekanika), Astronomi, Fisika, Kimia, Biologi, Sosiologi, Etika.
2.      Sosiologi adalah ilmu yang lebih komplek dan bergantung pada ilmu-ilmu yang mendahului, khususnya biologi dengan pengenalannya atas benda-benda organic.
3.      Psikologi, etika dan ekonomi tidak dapat terpisah dari sosiologi.
Jadi bahwa positivisme itu sangat membantu dalam proses keilmuan khususnya dalam bidang yang bersifat fisik, (fakta) karena dengan positivisme ilmu dapat memiliki peranya dan menemui keaktualan suatu ilmu, dan ilmu itu bersifat behavioral., operasional dan kuantitatif.
BAB IV
Kesimpulan
August Comte atau juga Isidore Marie Auguste François Xavier Comte lahir di Montpellier, Perancis, 17 Januari 1798 adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai "bapak sosiologi". Auguste comte masuk ke dalam lingkungan intelek berkat jasa dari Saint-Simon yang kemudian ia mengembangkan sayapnya sendiri sesuai dengan pemikirannya sendiri.
Auguste comte membagi sosiologi menjad menjadi dua bagian yaitu Social Statics dan Social Dynamic. Social statics dimaksudkannya sebagai suatu studi tentang hukum-hukum aksi dan reaksi antara bagian-bagian dari suatu sistem sosial. Sedangkan sosial dynamic adalah teori tentang perkembangan dan kemajuan masyarakat, karena social dynamic merupakan study tentang sejarah yang akan menghilangkan filsafat yang spekulatif tentang sejarah itu sendiri.
Pemikiran-pemikiran yang diperkenalkan Comte berpengaruh pada kehidupan intelektual, menurut Comte setiap ilmu memberikan sumbangan bagi filsafat positif.
Kritik terhadap Teori yang Dikemukakan Auguste Comte
Positivisme Auguste Comte mengemukakan tiga tahap perkembangan peradaban dan pemikiran manusia ke dalam tahap teologis, metafisik, dan positivistik. Pada tahap teologis pemikiran manusia dikuasai oleh dogma agama, pada tahap metafisik pemikiran manusia dikuasai oleh filsafat, sedangkan pada tahap positivistik manusia sudah dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tahap ketiga itulah aspek humaniora dikerdilkan ke dalam pemahaman positivistik yang bercorak eksak, terukur, dan berguna. Ilmu-ilmu humaniora baru dapat dikatakan sejajar dengan ilmu-ilmu eksak manakala menerapkan metode positivistik. Di sini mulai terjadi metodolatri, pendewaan terhadap aspek metodologis.
Selain itu, model filsafat positivisme Auguste Comte tampak begitu mengagungkan akal dan panca indera manusia sebagai tolok ukur “kebenaran”. Sebenarnya “kebenaran” sebagai masalah pokok pengetahuan manusia adalah bukan sepenuhnya milik manusia. Akan tetapi hanya merupakan kewajiban manusia untuk berusaha menghampiri dan mendekatinya dengan “cara tertentu”.
Kata cara tertentu merujuk pada pemikiran Karl Popper mengenai “kebenaran” dan sumber diperolehnya. Bagi Popper, ini merupakan tangkapan manusia terhadap objek melalui rasio (akal) dan pengalamannya, namun selalu bersifat tentatif. Artinya kebenaran selalu bersifat sementara yakni harus dihadapkan kepada suatu pengujian yang ketat dan gawat (crucial-test) dengan cara pengujian “trial and error” (proses penyisihan terhadap kesalahan atau kekeliruan) sehingga “kebenaran” se1alu dibuktikan melalui jalur konjektur dan refutasi dengan tetap konsisten berdiri di atas landasan pemikiran Rasionalisme-kritis dan Empirisme-kritis. Atau dengan meminjam dialektika-nya Hegel, sebuah “kebenaran” akan selalu mengalami proses tesis, sintesis, dan anti tesis, dan begitu seterusnya.
Pandangan mengenai “kebenaran” yang demikian itu bukan berarti mengisyaratkan bahwa Penulis tergolong penganut Relativisme, karena menurut Penulis, Relativisme sama sekali tidak mengakui “kebenaran” sebagai milik dan tangkapan manusia terhadap suatu objek.
Penulis berkeyakinan bahwa manusia mampu menangkap dan menyimpan “kebenaran” sebagaimana yang diinginkannya serta menggunakannya, namun bagi manusia, “kebenaran” selalu bersifat sementara karena harus selalu terbuka untuk dihadapkan dengan pengujian (falsifikasi). Dan bukanlah verifikasi seperti apa yang diyakini oleh Auguste Comte. Hal demikian karena suatu teori, hukum ilmiah atau hipotesis tidak dapat diteguhkan (diverifikasikan) secara positif, melainkan dapat disangkal (difalsifikasikan).
Jelasnya, untuk menentukan “kebenaran” itu bukan perlakuan verifikasi melainkan melalui proses falsifikasi dimana data-data yang telah diobservasi, dieksperimentasi, dikomparasi dan di generalisasi-induktif berhenti sampai di situ karena telah dianggap benar dan baku (positif), melainkan harus dihadapkan dengan pengujian baru.










Daftar pustaka

Ritzer, George. dan Smart, Barry (ed.). 2012. Handbook Teori Sosial. Jakarta: Nusa Media.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. 2012. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan sebagai kapital manusia

Makalah Bank Umum Bank Sentral